Sungguh ironis tradisi ucapan yang mengungkapakan maksud permohonan maaf pada saat Hari Raya Idul Fitri pada kaum Muslimin dan Muslimat Indonesia. Saya yakin,mayoritas masyarakat Indonesia mengucapkan permohonan maaf dengan kalimat” Minal Aidin Wal Faidzin-Mohon maaf lahir dan batin.” Terlepas, entah tahu atau tidak makna kalimat Minal Aidzin wal faidzin yang sebenarnya, saya yakin mayoritas umat Muslim di Indonesia ini memaknai Minal Aidzin wal Faidzin dengan arti Mohon maaf lahir dan Batin. Padahal sesungguhnya jika kita lihat arti sebenarnya dari terjemahan bahasa arab akan makna Minal Aidzin wal faidzin, maka kita akan mengtahui bahwasanya artinya bukan “Mohon maaf lahir dan batin.”
Tapi tidak apa-apa jika seseorang masih belum merngetahui. Karena, hukumnya bagi yang belum mengetahui adalah tidak berdosa. Saya yang menulis tulisan ini saja baru menyadari itu ketika menginjak masa mahasiswa ini dari guru ngaji saya.hehehe…
Jika kita sudah mengetahui makna yang sebenarnya,maka wajib bagi kita untuk tidak mengucapkannya lagi sebagai niatan ingin menyampaikan permohonan maaf. Dan sudah menjadi kewajiban pula bagi kita untuk memeberikan ilmu ini kepada masyarakat mulai dari kerabat dekat,keluarga ,sahabat, hingga masyarakat luas, jika kita sudah tahu makna benarnya. Mungkin bisa menggunakan media Blog ini.
Di bawah ini adalah penjelasan saya terkait dengan makna “Minal Aidzin wal Faidzin” dan tradisi maaf-maafan di Hari Raya Idul Fitri. Semoga bermanfaat, :
MIN AL AIDIN WAL FAIDZIN
Jika kita mengartikannya secara bahasa dengan cara dipotong-potong kalimatnya,
Min, artiinya “termasuk”.
Al-aidin, artinya”orang-orang yang kembali”
Wa, artinya “dan”
Al-faidzin, artinya “ menang”.
Sehingga makna MINAL AIDIN WAL FAIDZIN adalah “termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”.
Sehingga ketika ada yng mengucapan kalimat “MINALAIDIN WAL FAIDZIN-MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”, maka ia sama saja mengatakan, “Termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang, mohon maaf lahir dan batin”.
Ucapan MINAL AIDIN WAL FAIDZIN berasal dari riwayat yang tidak bisa dijadikan dalil, termasuk lemah(Dho’if), atau tingkat riwayatnya dibawahnya lagi. Kalimat ini merupakan lengkapan dari kalimat do’a :
”Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum minal aidin wal faidzin”
Yang artinya,
“Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Dan semoga Ia menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan Ramdhan sebagai orang yang menang.”
Dari Riwayat tersebut yang benar dari “Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”.(tanpa minal Aidin wal faidzin)
Jadi mengucapkan minalaidin walfaidzin jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah atau istilah arabnya ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, Tapi kalau niatnya hanya untuk “Ingin mendoakan sesama Saudara seiman”, Insya Allah, tidak salah. Bahkan hal yang baik.
Sedangkan bahasa arabnya ucapan “mohon maaf lahir dan batin” yang benar salah satunya adalah “Asalukal afwan zahiran wa bathinan”. Atau “wa al afwu minkum”. “Bukan Minal aidin wal faidzin”
Maaf-maafan dalam Aidul- Fitri juga sebenarnya hanya tradisi saja. Karena tidak ada riwayat satupun yang kuat maupun yang lemah yang menyatakan Rosulullullah pernah meakukannya. Riwayat yang ada hanya“Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”.(tanpa minal Aidin wal faidzin). Jadi, jika kita bermaaf-maafan denga niat ittiba’(mencontoh) Rosululah, jatuhnya jadi bid’ah. Tapi jika sekedar hanya ingin memanfaatkan momen lebaran untuk bermaaf-maafan Insya Allah tidak mengapa, dan tidak perlu menggunakan bahasa arab karena itu seperti kita meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita seperti hari-hari biasa atau waktu lain selain lebaran.
Ya saran saja, kalau mau ngasih ucapan maaf kepada seseorang ketika Aidul Fitri, mending biasa saja dan tidak perlu pakai bahasa arab dan lebih baik pakai bahasa Indonesia saja. Menghindari membudayanya anggapan bahwa bal itu sunnah.
–wallahu a’lam bi-ash-showab—
Written by Megantara Vilanda
Yogyakarta, 3 Oktober 2008/ 3 Syawal 1429H.
Jazakallah Khoir atas infonya….
Salam kenal ^_^
Sekedar ocehan dr seorg muslim pendukung ukhuwah Islamiyah …
Numpang tanya, apa ada hadits yg melarang atau minimal memakruhkan kita mengucapkan Minal ‘Aidin Wal Faidzin atau langsung dlm bhs Indo Mohon Maaf Lahir Bathin?
Mengkritik ucapan yg sudah mahfum difahami artinya secara mutawatir (tanpa meneliti secara etimologi bahasa) utk sesuatu yg belum jelas larangannya rasanya kok lebih besar mendatangkan mudharatnya.
Bid’ah? Sampai sekarang istilah ini belum punya pengertian yg jelas secara jumhur ulama bukan? Kecuali kelompok per kelompok. Bukan jelasnya hitam-putih seperti pengertian wajib, haram dst bukan?
Maaf Akhi, menurut ana pemahaman akhi terbalik. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan ibadah jangan dicari dalil yang melarang atau mengharamkan, justru yang harus dicari itu dalil yang mewajibkan atau men-sunnah kan. Ingat kaidah usul fiqih ini ” ASAL HUKUM SUATU IBADAH HUKUMNYA HARAM, KECUALI ADA DALIL YANG MEMBOLEHKANNYA (WAJIB ATAU SUNNAH)”. Makanya setiap amal ibadah yang tidak didasari oleh dalil atau hadits yang sohih hukumnya tertolak.
Saya pikir ini adalah ilmu biar semua orang yang belum tau jadi tau apa itu arti dari kalimat yang setiap lebaran diucapkan. Bid’ah harus dilihat dalam konteks apa, saya liat blogger sudah menjelaskannya dengan baik. Bid’ah sendiri sudah memiliki pengertian yang jelas kok.
saya pendukung ukhuwah islamiyah juga, persatuan dan kesatuan bagi umat islam, salah satu tugasnya adalah untuk saling mengingatkan bagi muslim satu dengan yang lainnya..
so tau de lo kaya na
heheheh
*lho, bukannya iedul fitri itu artinya kembali kepada fitrah*
atau kembali ifthor..? 🙂
————
taqobbalallaahu minnaa wa minkum..
emmm…
gitu ya,, katanya seorang kakak sih gtu juga,,, maksih infonya…
Tapi nek aku dulu sebelum bertanya ngiranya malah minal aidin wal faidzIN itu biar satu rima sama mohon maaf lahir dan batIN,hehehe
kutunggu kunjungannya
fajarbs.wordpress.com
Yup, yang jelas memang arti kalimat minal aidin wal faidzin tidaklah bermakna mohon maaf lahir dan batin.
Berhati-hati mengucapkan ini itu adalah bid’ah, memang masih grey area, takutnya malah seperti menunjuk kaum yang mengucapkan itu sebagai sesat. wah berabe kan.
ketuklah pintu rumahku: menekanrasa.wordpress.com
mksi atas infonya…
bagusnya g usah pk bahasa arab …. pk aja bahasa indonesia ….. lbh afdal krna bisa dimengerti…
Ada Bid’ah hasanah ada bid’ah Dholalah…..tolong pahami itu…
Kok mencontoh itu bidah bgaimana maksudnya akhi
subhanallah,. 🙂 seharus nya ini membuka pengertian kita,.jazakAllahukhair ya Akhi,.. atas ilmu nya,.
kullukum rooi’n wa kullukum masu’ulun a’n roi’yyatihi
Izin bagi link-nya ya
Thanks, bermanfaat sekali
assalamualaikum,
dikit-dikit kok bid’ah ya, berarti apa-apa yg kita pake skrg adalah bid’ah. telpon/hp, tv, laptop, jas, celana (bahkan celana dalam), dan dll.. semua itu adalah bid’ah krn jaman Nabi tidak ada sperti itu (tidak dicontohkan)
Tidak perlu risau, karena ini sekedar masalah budaya. Sehingga tidak perlu diperdebatkan dan dicampuradukkan sebagai bid’ah atau tidak bid’ah. Banyak orang ketika lebaran menyapa teman mereka dengan berteriak “…Haai…Minal aidin ya…” atau sekedar berucap “..Taqabbalallah…”, “maaf lahir batin ya..”. Saya pikir ini tidak terlepas dari kebiasaan orang Jawa dan Melayu yang suka menyingkat-nyingkat kalimat, tetapi pada hakekatnya diantara sesama mereka sudah tahu menahu maksud dan makna apa yang disampaikan. Jadi kembali lagi, semua tergantung niatnya.
Hampir semua orang sudah banyak yang tahu kalau arti dari Minal Aidin Walfaidzin itu bukan “mohon maaf lahir batin” Tapi kalimat “mohon maaf lahir batin” itu sangat bagus sekali. Apakah: “Termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang, mohon maaf lahir dan batin” itu buruk? Umat Islam janganlah terlalu sempit berfikir.. Allahu Akbar.